Selasa, 07 September 2010

Saya pernah kecil!

Apakah anda sekalian pernah merasakan kanak-kanak? atau kekanak-kanakan di umur kalian sekalian yang sudah ketua-tuaan dan memang tua? Tentu saya pernah, saya pernah merasakan bangku kayu SD dan kelas yang ribut jikalau ada yang pengen berak ataupun sudah berak di sekolah.

Sungguh saya ingin banyak bercaritra (???) tentang saya sekarang, tapi hati ini sungguh ingin bercaritra tentang masa kanak-kanak saya yang kelewat sombong.

Alkisah teman sepengajian dan seperguruan saya ketika kecil berulang tahun, sebut saja si Anu. Oh sungguh beribu maaf teman, saya mengganti nama anda menjadi si Anu di sini, saya takut anda tidak setuju jikalau saya memberi tahu nama anda yang sebenarnya.

"ki, si anu ulang taun siah! dirumahnya ada sukuran gitu da!"
"wah asyik, beneran ka itu teh?"
"he'eh beneran, ngasih kado teu maneh?" (iya bener, ngasih kado ga kamu?)
"Alah siah, iya ntar di cari dulu" (ide memberi kado dengan barang yang di rumah ialah ide yang saya dapat dari kakak saya dulu, jadi jangan heran. kami termasuk keluarga irit)

Mengetahui si anu ulang tahun, saya pun bergegas ke rumah cari barang yang bisa di jadikan kado. dan sialnya bagi beliau yang berulang tahun, saya tidak menemukan apapun yang bisa di kadoin buat si Anu.

Saya lirik celengan panda, eits udah berat dengan koin. dan eits lagi tidakkk, itu buat beli megazord power ranger yang saya idam-idam kan dulu. tentu saja ide mem-belek (membedah) si panda jadi ga jadi.

Saya rogoh saku mungil nan centil dari celana hawai saya, jreeng cuma ada Rp. 1500. jaman itu 1500 bisa beli satu mangguk baso dengan kuah yang bisa nambah kalau masih laper dan di tinggal di tambah nasi putih dari rumah.

ide punya ide, saya termasuk orang brilian saat itu (menurut saya sendiri). AHA! dengan muka polos seperti t-shirt saya bergegas ke warung terkemuka di komplek saya. saya beli sesuatu saja di sana.

Otak bermain otak, cling, bunyi juga ni otak, dengan formula:

Rp. 1500 - Rp. 500 = Rp. 1000
(uang saya sekarang) - (harga kado) = Duit
"Aha, saya bisa beli bandros juga ini mah ntar pas ngaji"

telusuk punya telusuk, saya punya ide lagi yang saya dapat dari pengalaman kakak-kakak saya yang terlebih dahulu sering membuat kado.

"beli kado yang kecil bungkus sing besar!"

itu dia yang terngiang di telingan elvi sukaesih meren (mungin). teringang-ngiang di telinga saya juga,

"bener oge nyak" (bener juga yah!)

Saya lihat yang paling kecil di warung itu, dan dapat lah 2 buah permen loli. seharga Rp. 300.
maka berlaku syntax baru:

Uang saya - Kado = Uang saya sekarng
Rp 1500 - Rp 300 = Rp. 1200

"hore bisa beli sale di warung temulawak!" gumam saya di dalam ketek.

barang bukti di bawa kerumah, lantas saya siapkan 1 eksamplar koran yang dijadikan bungkusan dasar agar telihat besar. dannnnnnn, jreng jrenggg terbentuklah seperti payung yang terbentuk secara tidak sengaja. lapisan akhir saya beri kertas kado yang si teteh dulu, saya masih ingat berwarna hijau dan ada aksen kartunya. Sentuhan akhir saya beri koin seratus 2 buah, saya tempelkan di bagian luar, dengan isolasi. oh entah apa yang saya pikirkan dikala itu.
maka berlaku syntax baru:

Uang saya - Kado - hiasan 2 koin Rp. 100 = Uang saya sekarng
Rp 1500 - Rp 300 - Rp. 200 = Rp. 1000

dan tidak jadilah niat saya membeli bandor nanti pas ngaji.

dengan riang gembira saya pergi ke syukuran si Anu. Tarangggg (bukan jidat dalam bahasa sunda), saya membawa kado paling eksentrik ternyata! semua mengira-ngira!

"wah, si riki katebak kadona payung" (wah, si riki ketebak kadonya pasti payung!)
"gelo badag pisan" (gila gede banget!)
"hahaha, aya 2 ratus na" (hahah ada koin 200 nya!)

iya, biarin, saya tetap bangga dan makan nasi kuning yang Ibunya si Anu berikan. Sungguh lahap dikala itu. Maka tibalah di saat acara menggusur ke arah pembukaan kado, semua kado di buka si Anu, ada boneka, mainan, barbie dan lain lain yang saya tidak ingat. Giliran kado yang saya berikan, si Anu berbinar binar karena mengira payung di dalamnya dan sudah di sambut dua buah koin Rp 100 di lapisan kadonya. maka dibuka kertas kadonya, buka kertas kado, eh masih ada kertas koran, buka lagi, eh masih ada kertas koran dan ini berulang hingga kertas koran ke 7 kalau ga salah. dan jreng dia hanya mendapat 2 permen lolipop rasa coklat. semua tertawa, dan anehnya saya tidak malu saat itu.

saya pulang dengan bawa tentengan yang biasa anak kecil beri kepada temannya kalau lagi ulang tahun, biasanya tentengan seperti itu berisi, agar-agar, snack dan minuman berwarna. saya ingat karena terakhir saya liat ada anak kecil sedang membagi bagi kan tentengan seperti itu saat saya pulang kuliah menuju ke rumah. Mungkin dia sedang berulang tahun dan mungkin dia sedang sial, karena ada orang yang memberi kado seperti yang saya berikan ke si Anu.

Bodohnya saya di waktu kecil, maafkan saya ya teman. Saya mungkin banyak sombong dan banyak kikir. Itu karena ke-egoisan saya di waktu kecil dan ke-manjaan saya di waktu itu.

Selamat siang
selamat H-2 lebaran semuannya!

ricky abdurrasyid shiddiq

Jumat, 13 Agustus 2010

matrabim bin martabak bak martabak

Selamat Ramadhan ya muslimin..

Dan selamat malam bagi saya sendiri yang lagi ga bisa tidur karena tadi keramas (dimalam hari). Entah apa yang ada di otak saya, tadi lagi tidur-tiduran dan langsung ngacir kaya pengen ee ke kamar mandi dan wuuuusshhh seluruh tubuh saya basah kuyup. Ini cara membuat diri saya tenang. Cara kamu gimana? iya bagus deh kalau begitu.

Baik sim bos mau cerita tentang banyak hal, saking banyaknya terkadang saya malas menuliskannya secara detail.

"Mbak saya mau beli martabak dong!?" sahut saya dengan nada capek pulang les

saya pulang les ngejemput si bos besar (bapak saya) dan dia nampaknya lapar. karena saya takut di makan oleh beliau, maka nampaknya saya belikan martabak saja. kebetulan di perjalanan pulang saya melewati sebuah gerobak futuristik yang menamai merek dagangnya seperti nama sebuah benua. sudah pikir saja sendiri.

"iya boleh mas" ----> ini bukan saya yang ngomong yah, sim mbaknya ini.
"keju polos deh mbak"
"ok, martabak tipis atau biasa?"
"biasa aja deh mbak"
"adonannya mau yang ijo atau yang biasa?"
"biasa aja deh mbak" euh ini sim mbak nanya wae, tau saya mah suka "yang sedang sedang sajaaa, yang sedang seeedanggg sajaaaa (penekanan lisan dan nada di setiap kata yang ditulis berulang)"
"oke" saya hilang di telan rasa malas saya, malas liat sim mbak yang tadi. akhirnya saya cari pencerahan, saya ke tukang pulsa. kebetulan internet saya habis jadi sekalian isi saya.

oh entah mengapa saya merasakan aura negatif dari si mbak ganjen tersebut dan kedua pria yang nampak seperti tukang martabak. mungkin mereka berfikir saya sedang mabok, (hazeuh mabok) karena memang saya sedang kelelahan yang mengakibatkan mata saya yang sialnya gak belo ini menjadi semakin layu. dan intonasi percakapan saya pun seperti orang yang malas terbang. ah mungkin hanya rasa-rasa saya sendiri mungkin. iya mungkin benar mungkin.

tapi ini yang saya sempat kupingi dari kejauhan.
"iya matanya gitu yah, jadi diem aja sayanya"
"iya kenapa yah itu"
"ehh udah cepet bikin"

andai anda berada di sana, di sudut yang dapat memfokuskan pandangan pada saya yang dikala itu sedang termenung dipinggir jalan ditemani angin gondrong. di dukung dengan lagu galau dari radio tukang baso tahu dan cahaya redup angkot 09. sungguh rasanya anda pasti ikut galau dengan si tukang baso tahu. oh sudahlah jangan ikuti perdapuran tukang baso tahu. dosa.

"ah nampaknya martabaknya sudah beres nih" gumam saya di dalam ketek

saya dekati tukang martabak tersebut. dan terdengar
"iya tadi teh dia liat, dan tiba-tiba jadi pengen diem.. eh datang"
"udah mbak?"
"eh udah, ini"
"iya, ini uangnya" andai anda mau tahu, saat saya memberikan uang sebagian dari nominal Rp 23.000 tersebut adalah seribuan dan bentuknya sudah seperti daun kecubung -____-'. dan saya agak jatuhkan uangnya agar si mbak nya kerja lebih. iya kerja untuk ngambil uang tersebut semoga bos nya tidak rugi yah. amin
"eh iyah"
"makasih mbak" saya kabur karena saya pengen tidur dan malas juga berlama lama di tukang martabak. andai saya lama di sana mungkin akan jadi repot, saya bisa di anggap bos nya. nanti banyak yang minta traktir. dan saya jadi bingung sampai sekarang masih bingung. selamat.

oh yang benar saja, saya alhamdulillah bukan pemabuk dan belum pernah sedikitpun menyentuh yang memabukan, janda juga belum kecuali dulu orang yang ngebantu mamah buat ngurus saya diwaktu kecil dan boro-boro mabok janda karena si doski sudah lansia doroooo! sial saya waktu kecil tidak bisa ganjen.

saya masih tetap tidak bisa tidur.
akhirnya ngepost juga
happy fasting
agustus 2010


ricky abdurrasyid